Halaman

Kamis, 31 Mei 2012

Bergantung Pada Media

Kadang kita menyangkal kalau dengan hidup di asrama kita bakalan ketinggalan informasi up to date, bakal ketinggalan zaman, dan ketinggalan-ketinggalan yang lainnya. Yap, betul! Informasi kini bisa didapat dimana aja. Contohnya handphone yang bisa kita pakai akses internet. Toh kita masih tahu setiap perkembangan kasus John Key, batalnya konser Lady Gaga, bahkan perjalanan cinta Anang dan Ashanty hingga mereka naik ke pelaminan (ohhhh..gosh!!)

Tapi sadarkah, guys… lama-lama jalan pikran kita akan dipengaruhi sama wartawan! Setiap artikel berita yang kita baca bukan beasal dari mata kamera yang melihat kejadian sesungguhnya, tapi berasal dari pikiran para wartawan yang punya opini beda-beda. Kalau kita ngga bisa menyatu dengan masyarakat dan mengetahui atmosfer sebuah permasalahan atau gosip publik, kita ngga bisa membuat pemahaman yang murni dari pikiran kita. Itu yang menjadi kekurangan anak asrama. Kita terlalu dikendalikan oleh wartawan, karena kita bergantung pada opini mereka.

Pembekuan Waktu

Rata-rata anak yang tinggal di asrama (terutama yang boleh keluar asrama cuma seminggu sekali) mengalami pembekuan waktu. 

Misalnya gue, pertama kali masuk asrama di usia 18 tahun. Entah kenapa setelah beberapa tahun berlalu, saat gue melihat dunia luar kok rasanya dunia udah berubah menjadi asing. Banyak hal yang dengan cepat berubah begitu saja. Terutama orang-orang. Saat pulang ke rumah, gue melihat bahwa nyokap semakin terlihat lebih tua, adik dan keponakan kok tiba-tiba udah tumbuh besar aja, dan yang paling jelas lagi adalah teman-teman lama kita.
Dulu saat sebelum masuk asrama, gue seumuran, satu gaya, dan satu selera sama mereka. Tapi beberapa tahun kemudian, gue melihat mereka tampak seperti 3 atau bahkan 5 tahun lebih tua dari pada gue. Mereka berdandan dan berpakaian lebih dewasa. 

Nah, ini yang gue maksud pembekuan waktu. Tapi hati-hati juga sih, jangan sampai ketika kita berhasil lulus dan meninggalkan asrama, kita justru ngga bisa beradaptasi dengan lingkunan. Bahkan dengan diri kita sendiri. Misalkan kita yang pada saat lulus ternyata udah berusia 17 tahun, tapi kelakuan kta masih sama aja kayak waktu kita pertama kali masuk asrama. Berarti kita harus beradaptasi dengan diri kita sendiri, jangan jadi anak umur 14 tahun di saat bulu ketek kita udah kayak remaja berumur 17 tahun.

Sudah Mandiri? Keluargamu Percaya?

Pulang ke rumah untuk pertama kalinya setelah resmi tinggal di asrama adalah momen paling heboh buat bangga-banggain diri. Kita yang mungkin dulunya ngga mandiri, setelah masuk asrama ‘mau gak mau’ harus jadi mandiri. 

Saat pulang ke rumah, orang tua dan keluarga pasti nanyain tuh, gimana rasanya tinggal di asrama? Mereka juga pasti nanyain kegiatan kita sehari-hari dan apa aja yang beda dengan saat kita tinggal di rumah. Tentu jadi ajang membangga-banggakan diri buat kita yang merasa telah berhasil berubah menjadi anak yang mandiri.

Kita pasti dengan bangga bilang kalau kita udah bisa nyuci baju sendiri, setiap hari nyapu dan ngepel kamar dan lorong asrama, bisa bangun lebih pagi, selalu menjaga kerapihan kamar dan lemari, belajar dengan teratur, dan berbagai hal lainnya. Padahal sebelum masuk asrama, dlu kita di rumah boro-boro nyuci baju sendiri, mungkin piring bekas makan aja dicuciin nyokap atau pembantu (secara tidak sadar kita mensejajarkan posisi nyokap dengan pembantu. Astaga!). Dan jangankan bangun lebih pagi, sholat subuh aja mungkin sering bablas.

Kenyataannya saat kita pulang ke rumah, hal yang pertama kali pengen kita tuntaskan adalah: tidur sepuasnya. Pernah gue tidur bablas baru bangun jam 11 siang. Yang lain mungkin ada yang lebih parah lagi. Jangankan nyuci baju, nyapu & ngepel  lantai, kerjaan kita di rumah cuma nonton TV dan internetan sampe pantat kempes.

Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang kita ceritakan sama keluarga kita. Pernah nyokap gue protes dan bilang gini: “Abis tinggal di asrama kok kamu jadi tukang tidur begini sih?”

Ada lagi kakak gue nge-tes, nyuruh gue nyuci baju orang serumah. “Mana? Katanya udah bisa nyuci baju sendiri, nyuci gih!”. Belum lagi nyokap pernah minta tolong dibantuin masak, mulai dari cuci sayuran sampai cucii piring kotor.

Dormies, sebenarnya agak susah membuktikan pada keluarga bahwa kita telah menjadi anak yang mandiri. Kenyataanya, pas pulang kita justru pengen melakukan hal-hal yang ngga bisa dilakukan di asrama. Tidur sepuasnya, nonton TV, internetan, baju pengen dicuciin, dan segalah macam kegiatan yang ciri khas anak durhaka banget.

Gue bermimpi ada kamera yang merekam kegiatan kita sehari-hari selama tinggal di asrama dan orang tua kita menyaksikan rekamannya. Betapa mereka akan percaya bahwa kita mati-matian hidup mandiri tanpa bergantung pada keluarga. Tapi ya sekali lagi, mayoritas dari anak asrama ketika pulang ke rumah akan menjadi dirinya yang dulu lagi. Dan itu terjadi.

Rabu, 30 Mei 2012

Tinggal di Asrama Itu Murah?? Bohong!

Mayoritas orang beranggapan bahwa tinggal di asrama akan menekan pengeluaran harian maupun bulanan. Katanya, kalo tinggal di asrama, kita ngga banyak keluar (jalan-jalan, nongkrong, ajojing, dll). Maka pengeluaran harian berupa bensin maupun ongkos angkot, bus, ataupun kereta sudah bisa kita pangkas dengan tinggal di asrama.
Kemudian karena kita ngga sering keluar, jadi ngga banyak yang 'kelihatan'. Pernah kan pas kita lagi jalan-jalan.. murni loh jalan-jalan doang. Eh, kita ngeliat kedai es duren lah, ngeliat diskon baju lah, ngeliat ini lah it lah, yang jadinya kita mesti merogoh kocek buat beli hal-hal yang diluar rencana dan bahkan ngga penting-penting banget.

Yeah, semua kenyataan di atas adalah benar. Tapi.... ada tapi-nya nih. Berdasarkan pengalaman penulis, tinggal di asrama justru mahal!! Oya? Kok bisa?

BISA. Sebenernya ini sih tergantung sama pribadi masing-masing orang, tapi menurut pengalaman dan pengamatan terhadap beberapa objek (aseeek dah, ilmiah banget!), hal ini benar. Oke, dalam seminggu kita menghabiskan 5 hari full di asrama, ngga banyak uang yang keluar, malah nyaris ngga ada. Tapi tahukah kawan, apa yang terjadi di 2 hari berikutnya?? 2 hari saat weekend??

Lima hari full berada dalam satu lingkungan yang sama dengan kegiatan yang notabene monoton, membuat kita JENUH. Alhasil, saat waktu 'keluar asrama' tiba, wwoooohhh.... saatnya mengaktualisasikan diri dengan kehidupan serba boros.
Pas di asrama pasti banyak ngidam: 
"Entar pas weekend gw mau makan bakso ah..."
"Entar pas weekend gw mau ke Mall *** ah...."
"Entar pas weekend gw mau nonton film *** ah..."
"Entar pas weekend gw mau beli *** ah..."
 Dan masih banyak Entar-Entar lainnya....

Inilah yang gue maksud biaya mahal hidup di asrama, yaitu biaya ngobatin jenuhnya. Manusia bisa bekali-kali lipat lebih rakus dan biadab bila hasrat makan, belanja, dan jalan-jalannya tertahan sampai berhari-hari. Itulah yang pada umumnya terjadi...

Selasa, 22 Mei 2012

Keuntungan-keuntungan Punya Pacar di Asrama

Di posting sebelunya, pernah gue bilang kalau punya pacar di asrama yang sama itu banyak benefitnya. Iya loh, mau tau apa aja? Cekidot..

1.       Ketemu Tiap Hari
Setiap manusia yang sedang dilanda cinta (tsaahh), pasti pengen banget ketemu sang ujaan hati setiap hari, setiap menit, setiap detik. Untungnya, si pacar tinggal di asrama/boarding school yang sama bareng kita. Asik kan tiap hari bisa ketemu? 

2.       Awet Pulsa
Karena tiap hari ketemu, kita akan mengurangi beberapa poin syarat-syarat pacaran, yaitu menelpon atau mengirim sms untuk bertanya : “Lagi ngapain?”, “Udah makan?”, atau “Udah sholat?”. Bahkan, kalau mau telpon-telponan pun ngga perlu sering-sering dan ngga perlu lama-lama, karena yang pengen kita bicarakan sama si pacar bisa langsung ngga usah via telopon. 

3.       Anti Galau
‘Si jablay’ hanya berlaku bagi mereka yang LDR dan jomblo. Bukan buat yang punya pacar di asrama. So, ngga ada tuh istilah rindu, kangen, jablay, galau, sakaw..(eh). Yang ada justru malah bosen. Ya, ptu bagi mereka yang ngga bisa memanage kisah cintanya dengan baik dan seimbang. Bukannya nyaman, yang ada malah bosen.

4.       Anti selingkuh
Guys, pernah gue bilang kalau kalian ngga akan pernah bisa yakin 100% kalau pacar kalian di luar sana setia sama kalian. Bahkan kalupun dia setia, kalian ngga bisa tahu dia lagi ditaksir atau dideketin sama siapa sehingga beresiko bagi keutuhan hubungan kalian. Nah lho! Kalua pacar kalian di asrama, ketahuan lah ya polah tingkahnya sehari-hari. Bahkan kalau dia ngedip-ngedip mata rada aneh sama cewek/cowok lain aja kalian tahu dan bisa mencurigai kalo dia mungkin cacingan. Anti selingkuh adalah hal positif yang bisa kalian ambil. Buat yang suka over protectif, punya pacar di asrama adalah pilihan yang tepat, kawan! Monggo silakan ikat erat-erat pacar kalian di asrama. Bahkan silahkan kalian cek semua rekaman CCTV di lingkungan sekolah kalian untuk tahu setiap hal yang si pacar lakukan setiap detiknya.

Nah, segitu dulu poin-poin keuntungan punya pacar di asrama. Kalau ada yang mau nambahin, silakan dan dengan senang hati pasti gue muat :)

Asmara di Asrama

Dalam kesempatan yang berbahagia ini yang entah dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, gue akan berbagi mengenai sebuah topik paling HOT bagi anak asrama : ASMARA DI ASRAMA.

Sebelumnya, kita samakan konsep dulu nih ya, bahwa asrama yang gue maksud di sini adalah kampus, sekolah, atau pesantren berasrama. Jadi ya sudah pasti biasanya terdiri dari 2 asrama: cewek & cowok. Kecuali untuk boarding school yang mengharuskan siswa-siswanya berjenis kelamin sama, macam sekolah-sekolah di luar negeri. Khususs cewek khusus cowok.

Okay. Boarding school memang menjadi tempat berseminya benih-benih cinta yang maha subur. Gimana nggak, kita menghabiskan waktu 24 jam full dalam lingkungan yang sama. Dalam sehari bisa ketemu puluhan kali satu sama lain. Pas di kelas, lapangan olah raga, kantin, ruang makan, tempat parkir, lapangan upacara, WC umum (eh nggak..).

Sebenarnya, cinta di asrama adalah jenis “cinta karena terbiasa” (tsahh..). Yap, di awal-awal kia tinggal di asrama, mungkin hanya segelintir orang yang terlihat ‘bersinar’. Tapi lama kelamaan semua makhluk lawan jenis kita akan terlihat begitu manis dan menarik. Bahkan teman se-gank kita yang tadinya terlihat biasa aja dan nyaris “ngga banget” lama-lama terlihat menarik hati juga.  

Ini bukan sihir. Ini penyakit. Penyakit anak asrama. Dari cinta karena terbiasa inilah, hadir pasangan-pasangan baru di asrama. Hmm.. sebelum kamu-kamu yang berniat hidup berasrama, coba perhitungkan dulu perbandingan jumlah cewek dan cowok yang biasanya diterima di asrama. Kalau sebanding, ya kamu santai ajalah. Kalo ngga sebanding, kamu hanya punya 2 pilihan: curi start atau siap-siap cari pacar di luar asrama.

Di beberapa asrama di tanah air, ada pepatah bahwa seseorang yang ngga punya pasangan berasal dari asrama yang sama, berarti dia bener-bener kehabisan stok. Hahaha… sadis memang. Tapi pepatah ini terbukti di beberapa kasus. Ngga semua sih, tapi kebanyakan begitu. Kenapa? Karena mencari dan memiliki pacar di asama yang sama banyak benefitnya. Istilahnya, kalau di dalam (asrama) aja masih ada stok (yang layak buat dipacarin), ngapain cari di luar? Capek-capek.

Dormies, ada cinta jenis lain yang juga menumbuhkan asmara di asrama, yaitu “cinta jablay”. Ngga mentup kemungkinan, kamu-kamu yang masuk asrama udah pada punya pacar duluan. Kadang bukan LDR juga sih ya, bisa aja kalian hidup di kota yang sama. Tapi waktu-lah yang memisahkan, karena kalian ngga bisa jadi pacar siaga. Bahkan perbedaan lingkungan dan kesibukan bikin kalian makin jarang sms cuma buat nanya “Lagi ngapain?”, “Udah makan?”, atau “Udah sholat?”. 

Parahnya, hal itu bisa terus memburuk dengan makin jarangnya kalian telpon-telponan meski hanya sempat pas tengah malem. Inilah kondisi dimana kalian yang pada punya pacar di luar asrama, akan berubah menjadi makhluk bernama ‘jablay’. Be careful, baik cewek maupun cowok, kalau kondisi kalian udah mendekati ‘jablay’, tanpa kalian sadari kalian akan mulai menatap wajah teman kalian dengan tatapan yang berbeda. Melihat mereka dari segi ‘manisnya’ dan akhirnya… falling in love. Dia yang dulunya biasa aja, kini akan menjadi terlihat lebih special, dan berakhir jadi pacar kedua kalian.

Precise! Punya pacar lebih dari satu bukanlah hal yang baru bagi anak asrama. Ya.. meskipun si orang ketiga ini ngga secara resmi jadi pacar, paling tidak kalian udah menjalani HTS-an yang cukup intens. Problem? No! Karena pacar kita di luar toh ngga tahu kalau kita punya ‘another someone special’ di asrama. Hal ini akan mengobati ke-jablay-an kalian meskipun pada dasarnya kalian tetap saja—brengsek. Tapi ke-brengsekan ini akan dipandang wajar dan sangat dimaklumi. Selain kondisi ‘jablay’, kita juga kan ngga bisa ngeyakininklau pacar kita diluar sana pun setia. Mana tahu, dia yang kita yakini setia dan cinta mati sama kita, ternyata di luar sana pun berada dalam kondisi ‘jablay’ dan memutuskan mencari ‘another someone special’.

Kalau kata ST12: “biar sama-sama kita selingkuh…”
Begitulah asmara di asrama, next kita kupas lebih dalam lagi lebih detil ya :D